Tidak jarang wanita yang mengalami kanker payudara sangat khawatir dan cemas akan bentuk payudaranya setelah pengobatan. Banyak wanita yang harus menjalani operasi payudara dan akhirnya kehilangan bentuk dari payudaranya. Kanker payudara merupakan penyebab tertinggi mortalitas akibat kanker pada wanita di seluruh dunia. Salah satu tindakan yang sering dilakukan sebagai penatalaksanaan kanker payudara ini adalah reseksi payudara. Rekonstruksi payudara diindikasikan untuk pasien dengan payudara yang asimetris pasca reseksi payudara.
Kanker dengan metastasis dan risiko anestesi, seperti gangguan kardio-pulmonal yang signifikan merupakan kontraindikasi rekonstruksi payudara. Kontraindikasi lain adalah alergi terhadap silikon pada rekonstruksi yang mengggunakan implan. Terdapat juga kontraindikasi relatif untuk rekonstruksi payudara menggunakan flap berupa penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), penyakit jantung iskemik, hipertensi, dan diabetes mellitus. Kondisi-kondisi tersebut merupakan kontraindikasi relatif karena dapat mempengaruhi viability dari jaringan flap dan status vital pasien.
Jenis dan teknik rekonstruksi payudara ada beberapa macam, dan pemilihannya tergantung dari kemampuan dokter bedah, bentuk tubuh dan preferensi pasien, serta kategori tumor dan saran tindakan dari dokter onkologi.
Beberapa macam teknik rekonstruksi payudara adalah sebagai berikut:
- Menggunakan implan dan/ atau skin expander. Tindakan ini menggunakan implan yang terbuat dari silikon yang akan dijadikan pengganti jaringan payudara.
- Menggunakan flap (jaringan autolog), yaitu jaringan payudara baru didapatkan dari jaringan tubuh lainnya, seperti bagian paha atau perut.
- Menggunakan lipografting
Secara umum, implan dapat menghasilkan tampilan yang memuaskan tetapi implan tetap akan melekat pada dinding toraks sehingga bentuk payudara tidak menyesuaikan dengan postur tubuh. Payudara yang menggunakan implan tidak akan berbentuk ‘ptotik’ sehingga memerlukan operasi pada payudara kontralateral untuk mencapai bentuk yang simetris. Namun penggunaan implan menghindari luka, jaringan parut dan kelemahan otot, dibandingkan dengan rekonstruksi menggunakan flap.
Rekonstruksi menggunakan jaringan autolog memiliki kemungkinan kegagalan dan kemungkinan infeksi yang lebih rendah, tetapi lebih tinggi kemungkinan untuk nekrosis kulit/ lemak.
Setelah menjalani rekonstruksi payudara, ada beberapa hal yang sebaiknya tidak dilakukan, antara lain:
- Hindari istirahat total, tetap berjalan di sekeliling rumah untuk memperkuat otot betis dan menghindari komplikasi trombosis vena dalam atau emboli paru-paru
- Hindari mengangkat beban lebih dari 2,5 kg sekitar 4-6 minggu pasca operasi
- Hindari aktivitas yang meningkatkan tekanan darah atau nadi 4-6 minggu pasca operasi
- Hindari menyetir kendaraan 2 minggu pasca operasi, atau sebelum menghentikan obat antinyeri
- Hindari menggunakan lengan untuk menarik atau mendorong hingga 1-2 bulan pasca operasi
- Hindari merokok
Gangguan yang dapat terjadi setelah rekonstruksi payudara antara lain:
- Kambuhnya kanker payudara
- Infeksi pada payudara implan akibat kebocoran implan
- Pada metode flap, dapat terjadi kerusakan pada daerah jaringan donor, seperti kerusakan otot, hernia, atau kelemahan
Rekonstruksi payudara adalah prosedur medis yang bersifat individual. Anda harus melakukannya atas keinginan sendiri, bukan keinginan orang lain atau karena ingin tampil ideal. Bila Anda lebih nyaman dan memilih untuk tidak melakukannya, maka tak ada masalah akan hal itu.
Menjaga payudara agar tetap sehat sangat penting. Cara-cara untuk mejaga payudara tetap sehat antara lain menjaga berat badan ideal, olah raga teratur, menghindari konsumsi alkohol berlebih, mengkonsumsi sayur dan buah, dan melakukan pengecekan payudara rutin. Semua wanita disarankan melakukan pengecekan payudara sendiri minimal setiap 3 tahun. Untuk wanita di atas 40 tahun, disarankan menjalani pemeriksaan mamografi setiap 1 – 2 tahun.
Wanita yang telah menjalani rekonstruksi payudara juga perlu memeriksakan payudara dengan rutin, yaitu dengan pemeriksaan payudara sendiri, USG, atau MRI sesuai petunjuk dokter.
